Nietzsche
dilahirkan dengan fisik yang lemah, hal itulah yang menyebabkan Ia
terus-menerus hidup dalam kemalangan. Namun hal itu tidak menyurutkan Ia
untuk mempelajari ilmu agama, terutama membaca Injil walaupun hal
tersebut menyakitkan matanya yang lemah. Oleh karena ketekunannya itu Ia
mendapat julukan “Sang Pendeta”.
Sejak
kecil Nietzsche suka menyendiri dan didalam kesunyian tersebut Ia banyak
membaca dan merenung. Hal itu terjadi karena Ia sulit untuk
berinteraksi dengan teman sebayanya dikarenakan keadaan fisiknya yang
lemah. Pada usia delapan belas tahun Ia kehilangan kepercayaannya
terhadap Tuhan dan sejak itu Nietzsche mulai berpetualang di dunia
filsafat.
Ketika
usianya berumur dua puluh tiga tahun, Ia mengalami cidera berat karena
jatuh dari kuda ketika program wajib militer. Hal tersebutlah yang
membuat Nietzsche meninggalkan dunia militer dan beralih ke bidang
akademis sebagai ahli filologi. Pada usia dua puluh lima tahun ia
menjadi pengajar filologi di Universitas Basel.
Pemikiran
Nietzsche banyak dipengaruhi oleh pemikiran Spencer dan Darwin. Ia
sangat mengagumi kedua tokoh tersebut. Ia berpendapat bahwa dalam hidup
ini yang kuatlah yang akan menang, maka Ia merumuskan bahwa kebajikan
yang baik adalah sikap kuat dan kebajikan yang buruk adalah sikap lemah.
Ia juga
berpendapat bahwa permasalahan yang ada di dunia ini tidak bisa
diselesaikan dengan jalan perundingan dan retorika namun harus
diselesaikan dengan darah dan baja. Oleh karena itu perang adalah gejala
wajar dalam menentukan siapa yang kuat bertahan dan siapa yang lemah.
Hal tersebut juga harus dilakukan setiap manusia dalam pergaulannya
sehari-hari, didalam diri manusia harus ditumbuhkan adalah
manusia-manusia agung, super-man, Ueber-Mensch, yaitu mereka yang dengan
kekuatannya dalam mengatasi kumpulan manusia-manusia.
Manusia
agung menurut Nietzsche adalah gabungan dari tiga hal yaitu: kekuatan,
kecerdasan, dan kebanggaan. Sehubungan dengan pemikirannya, sebuah
negara harus dipimpin oleh pemimpin-pemimpin agung yaitu manusia-manusia
yang paling kuat diantara yang kuat. Ia juga menolak sistem demokrasi
karena dinilai demokrasi adalah suatu gejala manusia sudah menjadi
busuk, tidak mampu melahirkan pemimpin-pemimpin yang agung.
Demokrasi
adalah suatu mania belaka, dimana setiap orang sempat bersaing sambil
berteriak sama rata sama rasa. Padahal manusia bersaing justru oleh
karena mereka berbeda-beda. Demokrasi menentang kenyataannya bahwa
kodrat alam adalah diferensiasi. Dalam hubungan antarbangsa Nietzsche
juga menolak adanya kesamaan hak. Kesamaan hak merupakan slogan yang
dikeluarkan oleh orang-orang yang takut belaka. Karena diantara
bangsa-bangsa terdapat bangsa yang terkuat dan bangsa yang kuat itu
berhak memimpin bangsa-bangsa yang lainnya. Namun bila terdapat beberapa
bangsa yang sama-sama kuat, hal itu harus ditentukan oleh jalan perang
dan penaklukan.
Nietzsche
yang sudah kehilangan kepercayaan terhadap Tuhan rupanya telah
menemukan Zarathustra sebagai gantinya. Zarathustra ditulis Nietzsche
dalam pengasingannya di puncak pegunungan Alp, yaitu Sils Maria.
Zarathustra terdiri dari empat bagian dengan judul Also Sprach
Zarathustra ( Demikian Sabda Zarathustra ). Tanpa disadari oleh
Nietzsche, karyanya kemudian akan menggemparkan daratan Eropa hingga
pemikirannya tersebar ke seluruh dunia.
Dalam
karyanya ini, Nietzsche melampiaskan segala isi jiwanya. Kemarahan yang
dahsyat, kepekaan yang mesra, keberanian yang serba nekat. Humor yang
halus, dan lain-lain. Maka tidak salah Zarathustra merupakan karya
Nietzsche yang memiliki nilai seni dan filsafat yang sangat tinggi. Di
dalam karyanya ini Ia menyuarakan tentang kematian Tuhan.
“Aku ajarkan kepadamu: jadilah manusia agung.
Pernah dosa yang terbesar adalah dosa melawan Tuhan; tapi, Tuhan sudah mati, dan bersama dia matilah pula pendosa-pendosa ini.”
Di atas adalah kutipan salah satu isi dari karya Nietzsche dalam Zarathustra. Untuk
menjadi manusia yang agung, manusia yang kuat, manusia harus membunuh
Tuhan. Atau setidaknya menerima berita tentang kematian Tuhan. Dengan
kematian itu maka terbukalah kesempatan bagi manusia untuk menjulang
dirinya setinggi-tingginya, yaitu sebagai pencipta. Dikarenakan Tuhan
menjadi penghalang manusia untuk menjadi manusia agung, Ueber-Mensch.
Namun di sisi yang lain
Nietzsche berpesan agar jangan orang mengganti Tuhan dengan dewa-dewa
yang baru. Ia bahkan tidak ingin orang mempercayainya sebab kalau memang
demikian maka tibalah baginya untuk mengatakan:
“Selamat tinggal, dan aku akan kembali lagi setelah kau tak percaya padaku.”
Nietzsche tidak
menginginkan penganut-penganut. Ia lebih suka menyaksikan manusia
mencari jalan hidupnya masing-masing. Bahkan Nietzsche lebih suka
dirinya ditentang dan dilawan. Setelah ia menyampaikan ajarannya, maka
ia berkata:
“Sekarang aku pergi sendiri hai penganut-penganutku.
Kalian pun pergilah sekarang, sendiri.
Demikianlah kehendakku.
Jauhilah aku dan lawanlah Zarathustra.”
Nietzsche
bisa disebut seorang nihili, oleh karena ia lebih dahulu menihilkan
segala nilai lama, mempersetankan segala nilai yang sudah mantap.
Menjelang
kematiannya Nietzsche harus dirawat di rumah sakit jiwa. Namun karena
Ibunya tak sampai hati kemudian Nietzsche dirawat sendiri oleh Ibunya.
Kemudian tiga tahun sebelum kematian Nietzsche, ibunya meninggal dunia.
Niezsche kemudian meninggal pada tanggal 25 Agustus 1900. Sebelum Ia
meninggal, Ia sempat dirawat oleh saudaranya, Elizabeth. Suatu ketika
Nietzsche sempat melihat Elizabeth menangis, kemudian Nietzsche berkata:
“Janganlah menangis, bukankah kita ini bahagia?”
0 comments:
Post a Comment