CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Tuesday, April 24, 2012

Nietzsche Sang Pembunuh Tuhan

Friedrich Wilhelm Nietzsche dilahirkan di Rocken, Prusia, pada tanggal 15 Oktober 1844. Ayahnya memberi nama Friedrich Wilhelm, karena tanggal Nietzsche lahir bertepatan dengan tanggal lahirnya raja Friedrich Wilhelm IV, raja Prusia yang sangat dikaguminya. Rupanya hal ini juga yang membahagiakan Nietzsche dimasa kacilnya.

Nietzsche dilahirkan dengan fisik yang lemah, hal itulah yang menyebabkan Ia terus-menerus hidup dalam kemalangan. Namun hal itu tidak menyurutkan Ia untuk mempelajari ilmu agama, terutama membaca Injil walaupun hal tersebut menyakitkan matanya yang lemah. Oleh karena ketekunannya itu Ia mendapat julukan “Sang Pendeta”.

Sejak kecil Nietzsche suka menyendiri dan didalam kesunyian tersebut Ia banyak membaca dan merenung. Hal itu terjadi karena Ia sulit untuk berinteraksi dengan teman sebayanya dikarenakan keadaan fisiknya yang lemah. Pada usia delapan belas tahun Ia kehilangan kepercayaannya terhadap Tuhan dan sejak itu Nietzsche mulai berpetualang di dunia filsafat.

Ketika usianya berumur dua puluh tiga tahun, Ia mengalami cidera berat karena jatuh dari kuda ketika program wajib militer. Hal tersebutlah yang membuat Nietzsche meninggalkan dunia militer dan beralih ke bidang akademis sebagai ahli filologi. Pada usia dua puluh lima tahun ia menjadi pengajar filologi di Universitas Basel.

Pemikiran Nietzsche banyak dipengaruhi oleh pemikiran Spencer dan Darwin. Ia sangat mengagumi kedua tokoh tersebut. Ia berpendapat bahwa dalam hidup ini yang kuatlah yang akan menang, maka Ia merumuskan bahwa kebajikan yang baik adalah sikap kuat dan kebajikan yang buruk adalah sikap lemah.

Ia juga berpendapat bahwa permasalahan yang ada di dunia ini tidak bisa diselesaikan dengan jalan perundingan dan retorika namun harus diselesaikan dengan darah dan baja. Oleh karena itu perang adalah gejala wajar dalam menentukan siapa yang kuat bertahan dan siapa yang lemah. Hal tersebut juga harus dilakukan setiap manusia dalam pergaulannya sehari-hari, didalam diri manusia harus ditumbuhkan adalah manusia-manusia agung, super-man, Ueber-Mensch, yaitu mereka yang dengan kekuatannya dalam mengatasi kumpulan manusia-manusia.

Manusia agung menurut Nietzsche adalah gabungan dari tiga hal yaitu: kekuatan, kecerdasan, dan kebanggaan. Sehubungan dengan pemikirannya, sebuah negara harus dipimpin oleh pemimpin-pemimpin agung yaitu manusia-manusia yang paling kuat diantara yang kuat. Ia juga menolak sistem demokrasi karena dinilai demokrasi adalah suatu gejala manusia sudah menjadi busuk, tidak mampu melahirkan pemimpin-pemimpin yang agung.

Demokrasi adalah suatu mania belaka, dimana setiap orang sempat bersaing sambil berteriak sama rata sama rasa. Padahal manusia bersaing justru oleh karena mereka berbeda-beda. Demokrasi menentang kenyataannya bahwa kodrat alam adalah diferensiasi. Dalam hubungan antarbangsa Nietzsche juga menolak adanya kesamaan hak. Kesamaan hak merupakan slogan yang dikeluarkan oleh orang-orang yang takut belaka. Karena diantara bangsa-bangsa terdapat bangsa yang terkuat dan bangsa yang kuat itu berhak memimpin bangsa-bangsa yang lainnya. Namun bila terdapat beberapa bangsa yang sama-sama kuat, hal itu harus ditentukan oleh jalan perang dan penaklukan.

Nietzsche yang sudah kehilangan kepercayaan terhadap Tuhan rupanya telah menemukan Zarathustra sebagai gantinya. Zarathustra ditulis Nietzsche dalam pengasingannya di puncak pegunungan Alp, yaitu Sils Maria. Zarathustra terdiri dari empat bagian dengan judul Also Sprach Zarathustra ( Demikian Sabda Zarathustra ). Tanpa disadari oleh Nietzsche, karyanya kemudian akan menggemparkan daratan Eropa hingga pemikirannya tersebar ke seluruh dunia.

Dalam karyanya ini, Nietzsche melampiaskan segala isi jiwanya. Kemarahan yang dahsyat, kepekaan yang mesra, keberanian yang serba nekat. Humor yang halus, dan lain-lain. Maka tidak salah Zarathustra merupakan karya Nietzsche yang memiliki nilai seni dan filsafat yang sangat tinggi. Di dalam karyanya ini Ia menyuarakan tentang kematian Tuhan.

“Aku ajarkan kepadamu: jadilah manusia agung.
Pernah dosa yang terbesar adalah dosa melawan Tuhan; tapi, Tuhan sudah mati, dan bersama dia matilah pula pendosa-pendosa ini.”
Di atas adalah kutipan salah satu isi dari karya Nietzsche dalam Zarathustra. Untuk menjadi manusia yang agung, manusia yang kuat, manusia harus membunuh Tuhan. Atau setidaknya menerima berita tentang kematian Tuhan. Dengan kematian itu maka terbukalah kesempatan bagi manusia untuk menjulang dirinya setinggi-tingginya, yaitu sebagai pencipta. Dikarenakan Tuhan menjadi penghalang manusia untuk menjadi manusia agung, Ueber-Mensch.

Namun di sisi yang lain Nietzsche berpesan agar jangan orang mengganti Tuhan dengan dewa-dewa yang baru. Ia bahkan tidak ingin orang mempercayainya sebab kalau memang demikian maka tibalah baginya untuk mengatakan:

“Selamat tinggal, dan aku akan kembali lagi setelah kau tak percaya padaku.”
Nietzsche tidak menginginkan penganut-penganut. Ia lebih suka menyaksikan manusia mencari jalan hidupnya masing-masing. Bahkan Nietzsche lebih suka dirinya ditentang dan dilawan. Setelah ia menyampaikan ajarannya, maka ia berkata:

“Sekarang aku pergi sendiri hai penganut-penganutku.
Kalian pun pergilah sekarang, sendiri.
Demikianlah kehendakku.
Jauhilah aku dan lawanlah Zarathustra.”
Nietzsche bisa disebut seorang nihili, oleh karena ia lebih dahulu menihilkan segala nilai lama, mempersetankan segala nilai yang sudah mantap.

Menjelang kematiannya Nietzsche harus dirawat di rumah sakit jiwa. Namun karena Ibunya tak sampai hati kemudian Nietzsche dirawat sendiri oleh Ibunya. Kemudian tiga tahun sebelum kematian Nietzsche, ibunya meninggal dunia. Niezsche kemudian meninggal pada tanggal 25 Agustus 1900. Sebelum Ia meninggal, Ia sempat dirawat oleh saudaranya, Elizabeth. Suatu ketika Nietzsche sempat melihat Elizabeth menangis, kemudian Nietzsche berkata:

“Janganlah menangis, bukankah kita ini bahagia?”

0 comments:

Test Kecepatan Mengetik

Typing Test

Kunjungi Tes Mengetik dan coba!